Oleh Indah Permata Sari
Enam Januari 2013. Tak terasa sudah tujuh kali pertemuan
Sekolah Menulis yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena Sumbar. Sungguh, telah
begitu banyak ilmu yang kami dapatkan di sana. Sekarang menunggu hasil nyata
berupa karya-karya apa saja yang bisa kami hasilkan untuk ke depannya. Apakah
semuanya hanya sebatas teori atau pun bisa dipraktekkan dengan terus menulis, menulis dan menulis. Ya, tak ada kunci lain selain terus menulis tanpa pernah
kenal lelah.
Pada
pertemuan kemarin, pematerinya adalah Siska Oktavia selaku ketua FLP Sumbar. Materi yang beliau sampaikan tentang menulis
kreatif. Sebelum materinya dimulai, Siska meminta kami untuk memperkenalkan
diri dahulu. Lalu menanyakan apa saja kendala kami dalam menulis. Jawaban dari teman teman pun bervariasi. Ada
yang suka membandingkan karya sendiri dengan karya orang lain yang lebih bagus,
kesulitan merangkai kata kata yang bagus dan menarik, menulis itu banyak
aturan, serta terkadang tak punya waktu untuk menulis. Lalu Siska memberi solusinya atas setiap kendala tersebut.
“Ke semua
kendala itu pasti pernah dialami oleh setiap penulis terutama penulis pemula.
Untuk mengatasi rasa tak pede dengan karya sendiri maka kita perlu menulis terlebih dahulu tanpa
melihat karya orang lain karna setiap kita mempunyai ciri khas tulisannya
sendiri yang menimbulkan ketertarikan bagi pembaca.
“Tentang variasi kata kata maka solusinya jangan sampai karna kurang pandai merangkai kata-kata membuat kita tak jadi menulis. Lupakan itu semua. Teruslah menulis dengan gaya kita sendiri. Setelah itu barulah diedit dan dicari kata apa yang lebih cocok untuk digunakan.”
“Tentang banyak aturan. Sebenarnya menulis itu bebas, tak banyak aturan kok.”
“Dan kendala terakhir tak punya waktu. Maka solusinya sediakan waktu khusus untuk menulis setiap harinya.”
Setelah itu Siska meminta kami untuk menuliskan cerita dengan melibatkan 3 kata ”kotak, jingga, dan pesona” dalam waktu 10 menit. Kami pun merasa tertantang dan mulai beraksi untuk merangkai cerita yang indah dan menarik. Waktunya pun habis. Setelah 10 menit, kami diminta menghitung berapa kata yang bisa kami tuliskan serta membacakan ceritanya. Saat itu, jumlah kata yang paling banyak “Riri”. Ia dapat menggunakan 120 kata untuk menulis cerpen. Ia sudah bisa memberikan judul dan mengetahui ending dari cerpennya walau dengan waktu yang diberikan ia tak sempat menuliskan endingnya. Sungguh, banyak sekali ide yang didapatkan oleh teman teman hanya dengan mengawali 3 kata tsb.Itulah salah satu cara untuk dapat menulis kreatif. Mudah bukan?
Lalu
Siska menyebutkan 3 modal menulis :
1. Niat yang kuat
2. Kesungguhan yang terjaga
3. Lakukan aktivitas yang mendukung
Jika modal itu terus dijaga maka Insya Allah semangat menulis itu akan selalu ada.
Terakhir tips dari Siska tentang menulis ini ”Saat menulis, jangan baca dulu karya dari pengarang lain. Namun, teruslah menulis dengan cara kita sendiri tanpa ada kata kata yang dihapus karna masing masing kita punya keunikannya tersendiri. Seusai menulis barulah lakukan pengeditan dan membaca karya orang lain.” Tips ini melengkapi tips yang kudapatkan sebelumnya ”Saat menulis, lupakan semua pertimbangan yang menghambat kita dalam menulis. Tuliskan semua apa yang kita rasakan. Libatkan emosi dan imajinasi.”
Acara
pun lalu beralih ke bedah karya. Sebelum
dimulai, Alizar Tanjung selaku pemimpin sekmen ini memberikan beberapa
nasihat yang semakin memacu kami untuk lebih aktif menulis. Beliau
mengibaratkan usaha kami selama ini barulah 1 kali lipat. “Masak sih katanya
mau jadi penulis namun hanya 1 cerpen dalam seminggu dan itu pun karna
diwajibkan untuk membawa 1 karya setiap kali pertemuan.” Jadi,kami mesti
meningkatkan semangat menulis dan terus menghasilkan karya tanpa ada paksaan. Dan
Ali sangat kecewa pada kami semua terutama padaku karna tak juga
mengirimkan karyaku seperti perintahnya sebelumnya. Setelah itu beliau meminta
solusi kepada kami. Lalu ada seorang teman yang bilang ”Kita buatkan antologi
cerpen atau puisi”. Ali juga meminta kami untuk mengikuti lomba tentang
tulis menulis . Itu gunanya untuk
mengetahui seberapa besar kualitas tulisan kami. Dan tak masalah apakah
tulisannya ataupun EYDnya jelek. Yang
penting lakukan usaha terlebih dahulu.
Seusai memberikan nasihat, seperti biasanya kami membedah karya yang telah dibawa. Lalu dimulailah diskusi yang hidup untuk menemukan plus minusnya karya karya yang telah kami buat. Ada pun hal yang perlu diperhatikan seperti EYD, tanda baca, pesan yang ingin disampaikan dalam cerita, jalan cerita, klimaksnya dan endingnya serta kesesuaian antara isi cerita dengan judulnya.***
note: Selaku editor blog, editor sengaja menghilang kata Kak dan Bang yang digunakan sebelum nama Siska Oktavia dan Alizar Tanjung
0 komentar:
Posting Komentar