Oleh Riri Diana
Minggu,
06 Januari 2013 awal yang baik di tahun baru. Pagi ini aku melangkahkan
kaki mengikuti pelatihan kepenulisan yang diadakan FLP Sumbar. Sekarang
masuk sekmen ke-7 pelatihan. Walau semakin berakhir tapi semangat
tambah berkobar untuk bisa menghasilkan karya-karya yang dapat menembus
media cetak. Pemateri hari ini adalah ketua umum FLP Sumbar, Siska
Oktavia. Beliau didampingi suaminya yang juga seorang penulis, Fatri
Ariko.
Hadirnya seorang inspiratif di tengah-tengah sekmen
merupakan vitamin bagi jiwa-jiwa kami. Diskusi dimulai dengan sesi
keakraban, suasana yang santai dan nyaman menghanyutkan kami dengan
pengalaman inspiratif beliau. Suasana semakin terasa ketika Kak Siska
membongkar sesuatu yang selama ini menjadi kendala kami dalam menulis..
Aku, Rival dan Qori memiliki kendala yang sama yaitu merasa minder
dengan karya sendiri dan mengangap belum sebanding dengan karya penulis
professional. “Membandingkan karya sendiri dengan karya orang lain
memang diperlukan, agar dapat mengetahui sejauh mana kualitas tulisan
dan menjadi motivasi untuk karya berikutnya” kata kak siska. Namun, Neli
menambahkan “Agar karya kita dihargai orang lain maka dari sekarang
mulailah hargai karya sendiri.”
Indah memiliki
kendalan yang unik, ia memiliki banyak ide untuk menulis bahkan sampai
kebawa ke dalam mimpi, namun binggung ketika memulainya. “Ide yang baru
didapat harus segera dituliskan karena kata-kata yang ada di pikiran saat
ini tidak akan terulang dilain waktu maka sebelum lupa tuliskanlah”
kata Kak Siska.
Kak Riza dan Kak Dini memiliki hambatan yang sama
yaitu waktu. Kesibukan pekerjaan yang luar biasa membuatnya sulit
menyisihkan waktu khusus untuk menulis. Kak Riza yang saking semangatnya
menulis mencoba mencuri-curi waktu disela padatnya pekerjaan kantor.
Diskusi semakin hangat ketika Kak Siska menantang kami untuk
menbuat karya dalam waktu 10 menit dengan rmodal 3 kata yaitu jingga,
kotak dan pesona. Merasa tertantang dengan tawaran tersebut kami
langsung mengambil kertas dan mulai menulis. Dari 11 orang peserta
sekmen hanya 1 orang yang belum bisa menyelesaikan tantangannya. Hal Ini
membuktikan bahwa banyak dari peserta sekmen yang berhasil menciptakan
karya walau dalam keadaan terdesak. Namun, tidak bisa dipungkiri karena
memang tipe penulis itu berbeda-beda, ada yang bisa mengeluarkan ide
dalam keadaan terdesak namun ada pula yang mentok apabila dipaksakan.
Sebuah puisi karya Neli dengan judul “Kotak-Kotak Itu” dan cerpen
dari Riri yang berjudul “Pudarnya Pesona Perempuan Bergaun Jingga”
menjawab tantangan tersebut. Cerpen yang diciptakan dalam waktu sepuluh
menit teryata di sambut hangat oleh peserta lain dan Riri semakin
tertantang utuk memperbaiki cerpennya malam itu juga.
Acara diskusi dengan kak Siska bertambah hangat ketika Neli bertanya
mengenai bait-bait dalam puisi “kenapa semakin rancu kata-kata, makan
semakin indahlah puisi tersebut.” Desi menambahkan “tidak semua puisi
seperti itu, sebenarnya semua tergantung si pembaca ada kalanya puisi
sederhana mampu menyihir si pembaca, karena yang menjadi juri saat
puisi kita di terbitkan hanyalah si pembaca.”
***
Siang semakin merangas di kota padang, siang yang panas bertambah
garang ketika semangat kami dibakar abis-abisan oleh Bang Alizar
Tanjung. Beliau merasa belum puas dengan kami karena, belum ada satupun
yang mengirimkan karya ke media. Padahal karya-karya kami sudah dibedah
berkali-kali. Kami dibantai abis-abisan untuk menbangkitkan gelora jiwa
kepenulisan agar tidak rentan oleh Teknologi dan Informasi. “Menjadi
seorang penulis yang propesional harus siap dengan tantangan zaman.
Mampu menguasai Teknologi dan Informasi karena itulah kunci utama dalam
kepenulisan. Melalui media kita bisa update informasi kepenulisan baik
lokal maupun nasional,” begitu kata Beliau.
Seperti Kak
Siska Oktavia, Bang Alizar Tanjung juga memberikan tantangan kepada
kami. Beliau menantang kami untuk menerbitkan sebuah buku Antologi yang
berisi karya-karya para peserta sekmen. Kami sepakat untuk hal tersebut
dan Out line akan dikirim secepatnya oleh Bang Alizar Tanjung.
Waktu
zuhur telah masuk saatnya untuk istirahat dan akan dilanjutkan kembali
dengan bedah karya. Karya yang kami bawa akan dibedah satu per satu dan
akan dikritiki berupa pengunaan EYD, gaya bercerita, keunikan cerita dan
lain-lain. Acara sekmen berlangsung dengan baik dan berakhir jam 4 sore
dengan membawa pulang karya yang telah dicoret-coret dan malamnya
langsung diperbaiki. Walaupun begitu, semangat tetap berkobar didada
kami dan diskusi akan dilanjutkan kembali minggu depan.***
Salam Berkarya ^ - ^
0 komentar:
Posting Komentar