Oleh Alizar Tanjung
H. Rusli Marzuki Saria yang akrab
dipanggil “Papa” lahir di Kamang,
Bukittinggi 26 Februari 1936. Dia dibesarkan di tengah keluarga dan lingkungan
pedesaan Minangkabau yang sarat dengan tradisi ajaran Islam. Nama belakangnya,
Marzuki Saria berasal dari nama ayahnya, Marzuki. Papa, anak laki-laki
satu-satunya dari 17 bersaudara. Rusli menamatkanSD di Lubuak Basilang,
Payakumbuh setelah meninggalnya ibunda tercinta di tahun 1946. Pada tahun 1953
menamatkan SMP (sore) dan pada tahun yang sama ayahanda beliau meninggal. Pap menamatkan
SMA bag. A pada 1957.
Pernikahan Papa dengan Haniza Musa, 4 Mei
1963, dikaruniai empat orang anak. Dua laki dan dua perempuan. Nama-nama anak
Papa Fitri Erlin Denai (Padang, 23 Januari 1964), Vitalitas Fitra Sejati
(Padang, 24 Januari 1966), Satyagraha (Kamang, 20 Juli 1968, dan Diogenes
(Padang, 14 Mei 1970).
Sedangkan dunia kepenyairan papa sudah
dirintis dari 1957. Karya-karya Papa sudah beredar semenjak 1957. Papa telah
menulis di majalah Indonesia, Konfrontasi, Panji Masyarakat, Budaya Jaya,
Mimbar, Basis, Horison, Majalah Zaman Baru, Aman Makmur, Respublika, Sinar
Harapan, Suara Karya.
Papa telah menerbitkan buku sajak Pada
Hari Ini, Pada Jantung Hati (Penerbit Genta Padang). Monumen Safari: Antologi
Berempat (Penerbit Genta Padang, 1996), Ada Ratap, Ada Sunyi (Penerbit Puisi
Indonesia, Jakarta, 1976), Tema-tema Kecil (Penerbit Puisi Indonesia, Jakarta,
1976), Sendiri-sendiri, Sebaris-sebaris, dan Sajak-sajak Bulan Pebruari
(Penerbit Puisi Indonesia, Jakarta, 1976), Sembilu Darah (Lima kumpulan sajak,
Dewan Kesenian Sumbar dan pustaka Sastra, Jakarta, 1996), Parewa: Sajak Dalam
Lima Kumpulan (1960-1992) (Penerbit, Grasindo, 1998). Mangkutak di Negeri Prosa
Liris (Penerbit, Grasindo, 2010).
Pada tahun 1953 dia diterima menjadi
pegawai negeri sipil di kepolisian Sumatera Tengah di Bukittinggi. Rusli
diangkat menjadi calon Clerk (juru
tulis) golongan III A di kantor Koordinator Mobiele
Brigade (Mobbrig) korsp 106 Sumatera Tengah. Pada tahun 1958 ketika terjadi
pemberontakan PRRI (permesta Perang Revolusi Republik Indonesia-Perlawanan
Rakyat Semesta), Rusli Marzuki Saria dipecat dari kepolisian karena terlibat
daerah Sumatera Tengah. Sejak tahun 1962 bekerja sebagai tenaga tata usaha di
koperasi Batik Fajar Putera sampai tahun 1969.
Papa bergabung dengan Haluan semenjak 1969, barulah bulan Juli 1999
pensiun setelah 30 tahun berkarir sebagai wartawan. Mantan Redaktur Haluan yang
sangat apresiatif terhadap para penyair-penyair muda ini telah mengunjungi manca
Negara dengan profesi sebagai penyair dan wartawan. Dia telah mengunjungi Malaysia,
Bangkok, Singapura, Australia (Townsvils, Cairs), Jerman Barat (Frankfurt,
Koln, Munich, Berlin Barat, Hamburg). Menerima hadiah sastra 1997 dari Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dengan kumpulan sajak Sembilu Darah.
Mantan Agen Polisi Kepala (Brimob), Pernah menjabat sebagai anggota DPRD
tingkat II Padang.*
0 komentar:
Posting Komentar