Menulis di Media Masa - Sekmen
Headlines News :
Sekolah menulis FLP Sumbar. Berkarya bersama cita-cita besar menjadi penulis besar. alizartanjung@gmail.com
Home » , » Menulis di Media Masa

Menulis di Media Masa

Written By Alizar tanjung on Rabu, 23 Januari 2013 | 19.04



            Laporan Salmaini
Minggu, 13 Januari 2012 sekolah menulis Forum Lingkar Pena Sumatera Barat (Sekmen FLP Sumbar) memasuki sekmen ke-8. Pertemuan dibuka oleh Alizar Tanjung dan dimoderatori oleh Indah Permata Sari. Materi yang dibahas pada pertemuan itu adalah Media Massa.
            “Pada pertemuan kali ini yang akan memberikan materi adalah saya. Sebenarnya saya sudah mengundang teman untuk mendampingi saya. Tapi, teman saya itu berhalangan hadir. Jadi saya harus menjelaskan media kepada teman-teman sendirian.” Itulah sederetan kalimat pembuka sekmen yang disampaikan Alizar Tanjung.
            Selesai membuka sekmen, Alizar Tanjung mengeluarkan semua isi tas ransel hitamnya. Koran Kompas dan Padang Ekspress, majalah Story dan Horison, kumpulan sajak, satu buah novel terjemahan, dan satu bauh notebook kecil warna hijau daun. Itu semua cukup membuat peserta sekmen mengulum tawa melihat kegigihan dan kecintaan Alizar Tanjung pada dunia kepenulisan.
            “Saya harap setiap karya yang teman-teman tulis dapat teman-teman publikasikan. Contohnya laporan kegiatan yang saya suruh kemarin. Laporan yang teman-teman tulis tersebut, saya masukkan ke dalam blok sekmen FLP. Sehingga, itu dapat menjadi media promosi kegiatan kita kepada masyarakat. Laporan yang teman-teman tulis kemarin cukup bagus. Namun, kata abang dan kakak dalam laporan itu harus dihilangkan. Karena laporan kita akan dibaca oleh pembaca dari berbagai kalangan dan umur yang berbeda. Tidak mungkin seorang nenek-nenek membaca berita tersebut dan memanggil Alizar Tanjung yang baru berumur  dua puluh lima tahun dengan sebutan abang.” Alizar tanjung mengomentari laporan-laporan yang diupload peserta sekmen di facebook. “Hal yang tidak boleh hilang dalam laporan adalah 5W+1H dan minimalisir penggunaan kataku dalam sebuah laporan.” Alizar Tanjung menambahkan materi tentang tata cara pembuatan laporan kegiatan yang benar.
            “Media ada tiga. Pertama media online. Contohnya Annida. Annida menerima kiriman cerpen, epik, laporan, dan cerbung. Cerpen yang dikirim minimal 4 halaman dan maksimal tidak terbatas. Tapi jangan sampai sebuah cerpen panjangnya 60 halaman. Laporan yang dikirim harus dilengkapi dengan foto. Cerbung boleh sampai 40 halaman. Annida biasanya menerbitkan 3 cerpen setiap minggunya.” Penjelasan Alizar Tanjung membuat mata peserta sekmen tidak berkedip karena antusias menyimak materi yang disampaikannya.
            “Media kedua adalah media cetak. Media cetak berupa koran dan majalah.” Alizar tanjung menjelaskan setiap kolom yang dapat memuat tulisan yang dikirim peserta sekmen. Ada kolom laporan, cerpen, puisi, artikel, opini, berita, dan iklan. “Media ketiga adalah penerbit yaitu media yang menerbitkan dan mempublikasikan setiap karya yang kita tulis.”
            Selain menjelaskan macam-macam media, Alizar Tanjung juga menjelaskan karakter media dan kecenderungan tulisan yang diterbitkan oleh media tersebut serta cara pengiriman tulisan ke media. Penjelasan panjang lebar dari Alizar Tanjung sedikit banyaknya membuat peserta sekmen paham akan berbagai media.
            “Ada pertanyaan?” itulah yang diucapkan Alizar Tanjung setelah selesai menjelaskan materi tentang media. Awalnya tak seorang pun peserta sekmen yang merespon pertanyaan Alizar Tanjung. Tidak mau melihat Alizar Tanjung kecewa, Riri Diana mengangkat tangan. “Misalnya tulisan kita belum ada yang terbit di media lokal, bolehkah kita mengirim tulisan kita ke media nasional?”
            “Boleh saja kita mengirim tulisan ke media nasional walaupun tulisan kita belum ada yang terbit di media lokal asalkan kita yakin karya kita itu bagus.” Itulah jawaban Alizar Tanjung dari pertanyaan Riri.
            “Bolehkah kita menegaskan ke media jika tulisan kita tidak diterbitkan maka kita akan menarik kembali tulisan yang kita kirim?” Indah Permata Sari pun tak mau kalah dengan Riri Diana.
            “Boleh. Asalkan bahasa yang kita gunakan tidak terkesan mengancam. Untuk penulis alangkah lebih baiknya tidak membuat media tersinggung. Apalagi penulis pemula, hal itu tidak baik untuk kedepannya.” Alizar Tanjung menjawab pertanyaan Indah Permata Sari dengan semangat empat lima.
            Pertanyaan dari Indah merupakan sesi terakhir materi dengan Alizar Tanjung. Selanjutnya materi dilanjutkan oleh Dodi Saputra yang merupakan Anggota FLP STKIP PGRI Padang.
            “Menulis ibarat bertani. Harus bersabar, gigih, dan lapang dada.” Itulah kata-kata pamungkas yang diungkapkan Dodi Saputra. “Kita harus memahami karakter dan kecenderungan tulisan yang deterbitkan oleh suatu media. Kita tidak boleh salah dalam mengirim tulisan. Misalnya, tulisan yang bertemakan remaja kita kirim ke majalah Ummi, tentunya tulisan kita tidak akan pernah terbit.” Penjelasan Dodi Saputra membuat peserta sekmen mengangguk-angguk.
            “Setelah tulisan kita dikirim berdo’alah agar tulisan kita diterbitkan. Dalam menulis jangan saja mengejar honor karena penulis profesional tidak hanya mengejar honor tapi mereka lebih mengutamakan kualitas tulisan mereka sehingga tulisan mereka dapat terbit di media lokal, nasional dan internasional.” Itulah kalimat penutup yang disampaikan Dodi Saputra sebelum zuhur.
            Setelah zuhur acara sekmen kembali dibuka oleh Alizar Tanjung. Materi dilanjutkan oleh seorang guru TK yang tulisannya telah terbit di berbagai media. Riyen, begitulah Alizar Tanjung memanggilnya. Tulisan Riyen lebih cenderung ke artikel. “Dalam menulis jangan lepas dari kevaliditasan ilmiah.” Riyen mengungkapkan kunci keberhasilan tulisannya menembus media.
“Ketika pertama kali menulis dan mengirim tulisan ke media, saya menemukan berbagai kesulitan. Salah satunya adalah tulisan yang telah saya kirim selama enam bulan belum satu pun yang diterbitkan media. Di saat saya hampir putus asa, jerih payah saya pun terobati. Tulisan yang telah saya kirim tersebut, terbit setiap minggunya. Hal itu membuat saya kembali bersemangat dalam menulis.” Penuturan Riyen membuat peserta sekmen terkagum-kagum akan kegigihan Riyen dalam menekuni dunia kepenulisan.
“Dalam menulis kita harus banyak membaca dan mendengarkan informasi baik di media cetak maupun di media massa. Ketika kita menulis, kita harus dapat membuat segala hal menjadi inspirasi. Selain itu, sikap jujur dan personality of the best juga harus kita perhatikan dalam menulis.” Riyen menjelaskan dengan gayanya yang ceplas-ceplos.
“Apa puisi yang paling Riyen sukai selama dunia kepenulisan?” Itulah pertanyaan yang diungkapkan Dini Widya  Herlinda.
“Saya sangat menyukai puisi-puisi karya Kahlil Gibran, Chairil Anwar dan Aswendo.” Riyen mengungkapkan nama-nama pengarang favoritnya dengan wajah berseri-seri.
Tiga puluh menit waktu telah dihabiskan Riyen berbagi pengalamannya tentang dunia kepenulisan. Selanjutnya acara diambil alih oleh Alizar Tanjung. Sebelum memulai pembedahan karya, Alizar Tanjung menantang peserta sekmen untuk mengirim tiga buah karya mereka ke tiga media yang berbeda. Setelah itu acara pembedahan karya pun dimulai. Cerpen yang berjudul TA (Tititp Absen) karya Salmaini cukup membuat peserta sekmen antusias mengkritik tulisan amatiran itu. Selanjutnya pembedahan karya dilanjutkan pada puisi Nelly. Puisi-puisi Nelly cukup baik sehingga tidak begitu banyak yang mengkritik karyanya. Karena dibatasi waktu, karya-karya yang belum sempat dibedah bersama dikritik secara keseluruhan oleh Alizar Tanjung.***
Share this article :

0 komentar:

Pengunjung

Berlangganan Iklan

Buku Tamu


Get this widget!
facebook
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Sekmen - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template