Laporan Fithra Suratno
Padang, 13 Januari 2013.
Sebenarnya, hari tak begitu cerah pagi itu.
Saat masih subuh saja sebuah anugrah telah turun membasahi Kota Padang
sekitarnya. Mendung. Meskipun warna pagi agak tak semangat, tapi sepertinya semangatku
begitu membara. Mungkin karena kemaren aku melewatkan satu pertemuan di sekmen
Flp.
Hampir saja mendung mengecohku.
Takut telat. Gerimis menemani langkah yang terburu waktu. Pukul 10.00 wib,
acara diskusi di mulai dan pada pertemuan itu yang berkesempatan memberikan
materi adalah Alizar Tanjung sendiri, yang biasanya membimbing bedah karya Sekmen
Flp di setiap minggunya.
“Cara Menembus Media Massa”, tema yang sangat
menarik dan tentunya setiap anggota sekmen flp sangat menantikan karyanya diterbitkan.
Ternyata sangat banyak media massa yang bisa menampung karya teman-teman yang
berbakat dan mau berkarya. Nah, Alizar Tanjung memperkenalkan beberapa media
massa yang dibawanya karena salah satu tips nya adalah mengenal karakter dari
setiap media massa itu sendiri.
Selanjutnya seperti seorang pegawai atau
pekerja, setelah bekerja tentu saja ingin mendapatkan hasil yang setimpal
dengan apa yang telah diusahakan. Honor? benar. Honor yang diraihpun cukup
lumayan. Berkisar Rp. 50.000,- s/d Rp. 1.500.000,-. Dan lagi-lagi dia
menjelaskan bahwa tujuan utama menulis itu bukan semata honornya tapi kalau itu
dijadikan pemicu untuk berkarya boleh-boleh saja.
Pertemuan itu dihadiri oleh sepuluh
orang peserta Sekmen, dua orang instruktur dan beberapa pemateri. Alizar
Tanjung ditemani oleh dua orang rekannya yaitu Dodi Saputa dan Riyen. Mereka
memberikan pengalaman masing-masing tentang perjalanan mereka dalam memulai
karya mereka.
“Saya memilih mantagi sebagai karya
yang pertama kali saya kirimkan dan alhamdulillah karya saya langsung dimuat
tanpa harus menunggu lama”, kisah Dodi.
“Dalam mengirimkan karya ada
beberapa hal yang perlu kita tanamkan dalam diri masing-masing. Yang pertama
adalah kerja keras, sabar, dan untuk hasilnya kita serahkan pada yang diatas”,
tambah Dodi.
“Aku begitu penasaran kenapa
cerpenku tak pernah dimuat di media massa. Heh, kata teman-teman cerpenku cukup
bagus cuma perlu perbaikan dan perbaikan lagi”, Riyen menceritakan pengalaman
getirnya.
Pengalaman getir Riyen selanjutnya
langsung ditukas dengan prestasi-prestasinya dalam menulis artikel dan opini.
Dia selalu berhasil membuat redaktur media massa memuat artikel-artikelnya itu.
Begitulah suasana di sekmen flp hari
itu. Seperti biasa, materi akan dilanjutkan dengan diskusi. Semua peserta yang
ada di dalam ruangan mendapatkan ilmu dan kritikan atas karya yang telah
dibagikan. Dan memang untuk pertemuan saat itu, karya-karya peserta sekmen flp
sudah jauh lebih bagus dibandingkan pertemuan sebelumya. Adzan ashar menutup
diskusi pada kesempatan itu. Untung saja matahari tidak sembunyi lagi.
0 komentar:
Posting Komentar