Laporan
Dini Widya Herlinda
Padang, 6 Januari 2013. Hari yang padat. Sengaja saya memadatkannya. Sebab, bila waktu kita tidak diisi dengan hal positif, tentu saja hal negatif yang akan tercipta. Akhirnya setelah melaksanakan program diet lari pagi setengah jam bersama teman sekamar, saya lanjutkan dengan mengejar halaqah di Bandar Buat. Sebenarnya saya benci dengan jam karet, tetapi mau bagaimana lagi memanajemen waktu ini. Akhirnya saya hanya halaqah satu jam dengan teman-teman saya sehingga tetap ngaret setengah jam datang di Sekmen FLP Sumbar. Apa boleh buat. Saya mencintai keduanya, halaqah dan FLP.
Saya
antusias berada di FLP ini, sebuah forum yang keren menurut saya. Bahkan bisa
tergabung dengan para penulis-penulis keren senior. Dan hari ini Sekmen FLP
diisi dengan ketua FLP Sumbar periode terbaru, yaitu Kak Siska Oktavia.
Berdasarkan buku antologi cerpen Air Mata Sunyi yang baru saya beli dengan
diskon besar, Kak Siska ini sehari-harinya dipanggil “Adik”. Adik yang kakak.
Ya, sebab beliau sudah memiliki satu kurcaci kecil nan lucu bin imut.
Oke,
setelah Muktia Qorina yang biasa dipanggil Iiy ini sebagai moderator membuka
kelas menulis ini, Kak Siska langsung saja mengoceh di depan sana diawali
dengan perkenalan personal. Kakak cantik yang imut ini memang luar biasa karena
kecil-kecil bisa jadi ketua FLP Sumbar. Tentu saja atau bisa saya pastikan
bahwa beliau memiliki segudang prestasi dalam bidang menulis, isn’t it?
Karena
hari ini saya banyak melamun, Kak Siska mampu mengubah lamunan saya menjadi
rasa tertantang setelah beliau menyuruh kami untuk memulai menulis kreatif. Ya, memulai kegiatan
mencipta sebuah karya sastra. Seperti yang pernah ayah saya bilang, “Orang hebat itu orang yang bisa
mencipta.”
“Saya
kasih waktu 10 menit untuk mengolah tiga kata ini menjadi sebuah karya,” kata
Kak Siska menantang kami. Tentu saja saya langsung semangat.
“Tiga
kata itu adalah kotak, jingga, dan pesona,” kata Kak Siska lagi.
Menurut
saya metode ini sangat kreatif. Selain kami bisa belajar dan berimajinasi, ada
satu hal yang membuat saya mengingat pepatah, “sekali mendayung, dua tiga pulau
terlampaui”, yaitu di sela-sela waktu 10 menit ini Kak Siska bisa mendiamkan
tangisan kurcaci kecil nan lucunya ini. Congratulation!
Kurcaci kecil itu langsung diam setelah digendong ibunya. Kak Siska cukup
cerdik.
Awalnya
pikir saya, dalam waktu 10 menit saya ingin karya saya tuntas. Oleh karena itu,
saya memilih membuat puisi saja. Inilah puisi saya yang sok imut bin narsis nan
jelita itu:
Senja
dan Waktu
Puisi Dini Widya Herlinda
senja yang jingga
aku masih menunggu di sini
pada kotak yang pernah kau janjikan
hingga pesonamu begitu kuat
tegas, menembus tulangku
Padang, 6 Januari 2013
Uh,
saya lama sekali memikirkan apa judul puisi ini. Entahlah, biarkan saja saya ngasal. Sungguh, ini benar-benar puisi
yang sok imut. Imut, maksudnya mini, maksudnya lagi pendek, maksudnya lagi tak
bisa mikir waktu itu mau nulis apa. :D
Ya,
itulah hari ini. Ternyata pede dan narsis adalah modal utama bagi penulis. Mau tulisannya
kacau, mau jelek, mau bagus, mau muntah, yang penting kita harus berani
mengirim dan mempublishnya. Ya, gak papalah sekali-sekali bermuka badak.
Biar bisa maju.
Selain
itu, ada tiga modal lagi yang harus diperhatikan jika ingin jadi penulis yang
keren, yaitu niat yang lurus, memiliki visi dan misi lurus, memiliki
kesungguhan yang terjaga, serta melakukan aktivitas yang mendukung kita.
Misalnya, carilah teman yang sehobi dengan kita, atau bergabunglah dengan FLP,
forum para pecinta sastra.
Ya,
saya bangga berada di sini. Saya bangga memiliki teman-teman seperti kalian.
Maju terus FLP! Namun, satu yang saya pikirkan lagi, setelah Sekmen FLP
berakhir pada pertemuan ke-9, apa lagikah yang harus kami lakukan untuk tetap
tergabung di FLP?***
0 komentar:
Posting Komentar