Menembus media Masa bersama Dodi Saputra dan Riyen Gusparta
Minggu,
13 Januari 2013 hujan menguyur deras membasahi jalan-jalan di Kota
Padang. Pagi ini pelatihan kepenulisan FLP Sumbar memasuki sekmen ke-8.
Untuk diskusi diundang dua orang penulis, Dodi Saputra dan
Riyen. Kesuksesan mereka juga berawal dari FLP sehingga memiliki banyak
pengalaman dalam pengiriman naskah ke media massa.
Materi
hari ini membahas “Bagaimana Cara Menembus Media Massa Baik Lokal
Maupun Nasional.” Masing-masing dari kami mendapatkan lembaran daftar
alamat email para redaktur lengkap dengan honor dan teknis pengirimanya.
Acara dimoderatori oleh Indah Purnama Sari. Diawali dengan sedikit
pengantar dari Alizar Tanjung. Berhubungan pembahasan mengenai media,
maka Alizar memfasilitasi kami dengan beberapa media yang sengaja dibawa
mulai dari koran lokal hingga nasional, majalah horison, story, buku.
Diskusi diawali dengan bagaimana cara
memahami dan membedakan karakter setiap media. “Untuk bisa menembus
media, terlebih dahulu kita harus paham bagaimana sifat dari media. Visi
dan misi setiap media berbeda antara satu dengan yang lainya,” begitu
kata Alizar.
Kami mempelajari lansung setiap karya yang
terbit di media, baik cara pengirimanya, gambar yang ditampilkan,
keunikan dan lain-lain. Walau wajah para peserta terlihat bingung,
namun kebingungan segera terjawab dengan segudang pertanyaan dari
kami.
“Bolehkah kita mengirim naskah kemedia nasional sedangkan di media lokal belum ada yang tembus,” tanya Riri.
“Boleh, asalkan kita yakin karya kita bagus dan layak terbit di
media nasional, jangan pernah menyerah terlebih dahulu sebelum
mencoba,”kata Alizar.
Indah menanyakan ancaman dalam pengiriman, “bolehkah kita menegaskan pada redaktur tentang lama status naskah dikirim”.“Boleh saja, asalkan mengunakan bahasa yang sopan dan tidak bernada
ancaman, namun untuk penulis pemula alangkah baiknya kalau dihindari
jangan sampai membuat media massa tersinggung”.Tambah Alizar.
Pengantar dari Alizar sedikit banyaknya membuka cakrawala kami dan
selanjutnya akan diteruskan oleh Dodi Saputra. Dengan wajah ramah nan
bersahabat Dodi menjelaskan bagaimana teknis pengiriman naskah.
“Naskah jangan sampai salah alamat, misalnya cerpen remaja dikirim
ke majalah ummi, so pasti karya tidak akan pernah dimuat karena majalah
ummi bertema tentang rumah tangga dan keluarga.”kata Dodi.
Setelah karya dikirim berdoalah agar karya layak dimuat dan bermanfaat
oleh orang banyak. Jangan hanya mengejar honor karena penulis
profesianal sebelum mengirim karya harus memikirkan kelayakan tulisan
yang akan dibaca oleh generasi-generasi penerus bangsa,” tambah Dodi.
***
Siang semakin beranjak, seorang Inspiratif bercerita bagaimana
perjuangan menembus media. Riyen begitu namanya. Teryata untuk penulis
pemula menembus media merupakan ujian yang sangat sulit.
Ada
Satu kejadian menakjubkan yang tak terlupakan oleh Riyen. Beliau
mengirimkan setiap tulisannya ke media namun tidak pernah dimuat. Tanpa
putus asa beliau tetap terus menulis dan mengirimkan karya yang berbeda .
Teryata setelah 6 bulan, tulisan-tulisan yang dikirimkan terbit
berturut-turut setiap minggunya. Ekspresi wajah beliau mengungkapan
ketidak percayaan akan hal itu.
“Mungkin inilah buah dari perjuangan dan kesabaran selama ini” tambah Riyen.
“Perjuangkan karyamu agar bisa dipuplikasikan jangan hitung berapa
banyak karya yang telah dikirim, namun tetaplah kirim sampai media
memuat karya-karyamu” kata Riyen.
Pengalaman Riyen sungguh
membuat kami terhipnotis akan kegigihan, pantang menyerah apalagi putus
asa sehingga mediapun layak memuat karya-karyanya. Setengah jam bersama
Riyen membuat keinginan kami semakin kuat untuk bisa menembus media
massa.
Alizar menantang kami mengirimkan 3 buah karya
berbeda ke media yang berbeda pula dengan deatline 3 hari. Minimal dalam
1 hari kami harus mengirimkan karya ke satu media. Tantangan kedua
yaitu kelanjutan rencana penerbitan buku antologi cerpen dan puisi para
peserta sekmen. Out line telah dikirim oleh Alizar dan deadlinenya tanggal 10 Februari 2013. Kurang lebih 3 minggu lagi buku perdana kami
akan segera diterbitkan. Tantangan disambut hangat para peserta sekmen.
“Akhir sebuah tulisan adalah dimuat dan dibaca banyak orang. Untuk
apa jadi penulis jika karya tidak pernah dipublikasikan.”tambah Alizar.
Sore semakin menjelang saantya membedah karya-karya yang dibawa.
Sebuah cerpen dari Seni berjudul TA (Titip Absen) siap untuk dibedah.
Setiap kami bebas mengkritik, karena kritikan dapat menghidupkan karya
mati. Pembedahan dilanjutkan ke puisi Neli. Neli memang telah berhasil
menerima tantangan dari Alizar, ia mampu menciptakan 5 puisi dalam 1
hari. Sekarang sudah puluhan puisi yang siap dibedah tinggal dikirim ke
media massa. Begitu seterusnya pembedahan akan bergilir sehingga kami
semua mendapat kesempatan untuk dikritik dan mengkritik. Berakhirnya
pembedahan karya maka berakhir pula diskusi hari ini dan akan
dilanjutkan minggu depan.
Salam berkarya.***
1 komentar:
Semangat menulis sahabat FLP sungguh luar biasa. mari siapkan target-target besar agar setiap karya kita bisa menembus media masa
Posting Komentar