Oleh Alizar Tanjung
Hari ini, Kamis, 13 Desember 2012, saya baru saja mendapatkan Chatting dari Azizur Rahmi, Mahasiswa Stain Bukittinggi. "Ajari saya menulis". Pertanyaan ini bentuknya sederhana bahkan lebih sederhana dan terkesan lagi apabila munculnya di grup sosial facebook.
Sebelumnya saya juga membaca comen comen dari Qorina (Iiy). "Kata seorang teman bahkan dunia maya lebih real." Dan pertanyaan yang sama juga muncul dari Qorina. "Bang saya ingin menulis, bimbang mau menulis diaery atau cerpen." Pertanyaan ini dimunculkan beberapa hari yang lalu lewat chatting di facebook.
Pertanyaan-pertanyaan ini rata-rata hampir bermunculan dari orang-orang pemula yang ingin menulis. Beberapa teman yang baru mulai menulis puisi juga bertanya kepada saya. Sebut saja Irfan Nugroho, adik saya di Purwkerto, kemudian Muhammad Iqbal, kenalan di Padang. Beberapa puisi telah dia layangkan ke email dan inbox saya untuk saya tulis.
Persoalannya juga sama. Ajari saya menulis. Secara khusus memang sudah untuk dikatakan bagaimana cara mengajarkan menulis. Sebab menulis tidaklah seperti mengajarkan cara membuat huruf a. Menulis lebih seperti cara mengajarkan bagaimana cara membuat akar dari tiada menjadi ada.
Pertanyaan ini saya aku berat. Bahkan berat untuk mereka yang pemalas membaca, pemalas menguji, pemalas mencoba-coba. Cukup berat bagi mereka yang mempunyai kebiasaan ini. Menulis erat hubungannya dengan membaca, berat hubungannya dengan praktek, bahkan dengan flm seperti telunjuk dan jari tengah.
Kalau begitu bagaimana cara mengajari menulis. Hal yang bisa dilakukan adalah membimbing mereka yang berkeinginan menulis. Bagaimana mungkin tulisan itu akan menjadi tulisan, sedangkan orang yang berkeinginan itu sendiri tidak mau menekan tombol keyboard, tidak berkehendak hati untuk menekankan ujung penanya di kertas.
Kalau bagian ini sudah dapat dilewati. Saya sering mendapatkan curhatan lepas dari kawan-kawan tentang menulis. Tulislah hal-hal sekitar, hal-hal dekat, hal-hal yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Bukan pernyataan dari penulis pemula, pernyataan ini telah keluar dari penulis-penulis besar seperti Zelfeni Wimra, Ragdi F Daye, Elly Delfia pengarang Musim Manggaro.
Kalau menulis memang mampu difokuskan kepada hal-hal yang dekat. Hal-hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari mengapa tidak menulis yang demikian. Bahkan menulis hal-hal yang dekat itu adalah pustaka yang amat besar. Pustaka yang belum akan habis-habis sampai tua kalau terus digali.
Membiasakan menulis dengan hal-hal yang dekat setiap hari. Ya menggarisbawahi setiap hari, akan mengasah kemampuan penulis pemula untuk melebihnajamkan analisa. Banyak penulis besar berhasil menulis karena dia mengenali hal-hal dekat dengan dirinya.
Cerpen-cerpen yang ditulis Ragdi F Daye pada Perempuang Bawang dan Lelaki Kayu, cerpen-cerpen yang banyak bercerita tentang Solok dan Padang. Solok adalah tanah kelahiran Ragdi F Daye sendiri. Sedangkan Padang-adalah negeri rantauannya lelaki yang bernama asli Ade Efdira.
Sedangkan saya sendiri juga melakukan hal yang sama. Cerpen-cerpen saya banyak yang bersetting Karangsadah, kampung kelahiran saya sendiri. Tidak asing kalau ditemukan Gunung Talanng, Danau Bawah, Garogok, Kampungdalam, dalam cerpen-cerpen saya. *rumahkayu, 2012
Membiasakan menulis dengan hal-hal yang dekat setiap hari. Ya menggarisbawahi setiap hari, akan mengasah kemampuan penulis pemula untuk melebihnajamkan analisa. Banyak penulis besar berhasil menulis karena dia mengenali hal-hal dekat dengan dirinya.
Cerpen-cerpen yang ditulis Ragdi F Daye pada Perempuang Bawang dan Lelaki Kayu, cerpen-cerpen yang banyak bercerita tentang Solok dan Padang. Solok adalah tanah kelahiran Ragdi F Daye sendiri. Sedangkan Padang-adalah negeri rantauannya lelaki yang bernama asli Ade Efdira.
Sedangkan saya sendiri juga melakukan hal yang sama. Cerpen-cerpen saya banyak yang bersetting Karangsadah, kampung kelahiran saya sendiri. Tidak asing kalau ditemukan Gunung Talanng, Danau Bawah, Garogok, Kampungdalam, dalam cerpen-cerpen saya. *rumahkayu, 2012
0 komentar:
Posting Komentar