Pages
▼
Rabu, 23 Januari 2013
Cara Menembus Media Masa
Laporan
Indah Permata Sari
Sang
surya sudah memancarkan pesonanya saat aku berangkat ke acara pertemuan menulis
yang selalu mampu memotivasiku untuk
terus menulis. Pagi itu, aku begitu semangat untuk mendapatkan secercah
pengetahuan tentang dunia kepenulisan.
Aku pun berangkat ke lokasi Sekolah Menulis FLP Sumbar di dekat STKIP.
Hari
itu tema yang akan dibahas tentang cara pengiriman karya tulis ke media massa.
Alizar Tanjung selaku pemimpin Sekmen itu pun memulai diskusinya dengan
membagikan copian berupa kumpulan email
penerbit koran ataupun majalah yang ada. Beliau juga mengundang para penulis
muda yang sudah berhasil karyanya terbit di koran baik koran lokal maupun
nasional.
Adapun
yang hadir yaitu Dodi Putra dan Rien. Mereka pun berbagi cerita tentang
pengalamannya mengirim karya di media massa. Untuk Dodi Putra, dia tidak
menemukan kendala berarti saat mengirim karyanya. Namun sangat berbeda dengan
Rien yang menemukan lika liku sebelum akhirnya karyanya berhasil diterbitkan.
Rien lebih menfokuskan penulisan karyanya berupa artikel. Beliau terus mengirim
artikel berturut turut. hingga sampai 6 bulan, masih belum ada kabar bahwa
karyanya akan diterbitkan. Ia mulai putus asa dan bermaksud menghentikan
keinginannya untuk jadi penulis. Disaat ia merencanakn hal itu, nasib baik pun
mulai menghampirinya. Ia melihat satu persatu artikel yang ia kirim diterbitkan
berturut turut. Sungguh tak sia sia usaha yang ia lakukan selama ini. Walau
membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya, pada akhirnya artikelnya
diterbitkan di media massa. Sikap itulah yang mesti dimiliki oleh seorang
pemulis, ‘pantang menyerah dan sabar’.
Kembali pada tema kita tentang cara menembus
media massa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti:
·
Panjang cerpen ke Koran rata rata 4
halaman kecuali untuk majalah story bisa sampai 7 halaman. Naskah diketik dalam
MS Word, kertas A4, tulisan Times New Roman,ukuran 12, spasi 1,5, maksimal
10.000 karakter dan disimpan dalam format RTF < Rich Text Format>
·
Harus sesuai dengan EYD.
·
Ketahui selera penerbit seperti Majalah
Bobo menerima karya special tentang anak anak. Jadi, tak mungkin kita kirimkan
karya tentang rumah tangga yang lebih cocok untuk majalah ummi.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan yaitu
cara pengiriman melalui email dimana kita mesti memperkenalkan diri dengan
menggunakan bahasa yang sopan. Dan jangan lupa menyertai dengan nomor HP dan nomor
rekening. Perlu diketahui bahwasanya hampir semua Koran, batas muatnya hingga 1
bulan. Jika terbitnya bulan ini maka
honornya bisa diterima pada bulan berikutnya.
Setelah
menjelaskan tentang cara pengiriman, diskusi pun berlanjut tentang honor atau
royalty yang akan diterima jika karya yang dikirim dapat terbit di media massa.
Jumlah royaltinya pun bervariasi yang berkisar dari Rp 100.000,00-Rp1.000.000,00
diterima.. Adapun jenis tulisan yang
bisa di kirimkan yaitu: cerpen, puisi, artikel,resensi dll. Kesemuanya akan
berbeda beda honor yang diterima.
Sistem pengambilan royaltinya bisa melalui
rekening ataupun langsung menuju redaksi penerbit. Jika lokasi redaksinya
begitu jauh, maka lebih cocok dipakai cara yang pertama.
Selain
mengetahui alamat email, kami pun mengetahui beberapa penerbit yang menerima
karya dalam bentuk novel, buku motivasi dan buku islami seperti: Mizan,
Gramedia, Media Kompetindo dan Bentang Pustaka.
Seusai
membahas tentang cara menembus media, diskusi pun berlanjut kepada bedah karya
kami masing masing. Pada pertemuan ke 8 ini, sudah dapat dilihat kemajuan yang
signifikan tentang bakat kepenulisan dari para peserta Sekmen. Bagi yang
menulis puisi, diksi yang di pilihnya mampu membuat pembaca terkesima dan
maknanya pun begitu dalam. Sedangkan bagi yang menulis cerpen, isi ceritanya
sudah mulai focus pada suatu tema dan kesalahan EYD nya sudah berkurang dari
sebelumnya. Semoga cita cita Sekmen
untuk melahirkan para penulis muda bisa tercapai. Aamiin.
Semangat Dibalik Hujan
Laporan Fithra Suratno
Padang, 13 Januari 2013.
Sebenarnya, hari tak begitu cerah pagi itu.
Saat masih subuh saja sebuah anugrah telah turun membasahi Kota Padang
sekitarnya. Mendung. Meskipun warna pagi agak tak semangat, tapi sepertinya semangatku
begitu membara. Mungkin karena kemaren aku melewatkan satu pertemuan di sekmen
Flp.
Hampir saja mendung mengecohku.
Takut telat. Gerimis menemani langkah yang terburu waktu. Pukul 10.00 wib,
acara diskusi di mulai dan pada pertemuan itu yang berkesempatan memberikan
materi adalah Alizar Tanjung sendiri, yang biasanya membimbing bedah karya Sekmen
Flp di setiap minggunya.
“Cara Menembus Media Massa”, tema yang sangat
menarik dan tentunya setiap anggota sekmen flp sangat menantikan karyanya diterbitkan.
Ternyata sangat banyak media massa yang bisa menampung karya teman-teman yang
berbakat dan mau berkarya. Nah, Alizar Tanjung memperkenalkan beberapa media
massa yang dibawanya karena salah satu tips nya adalah mengenal karakter dari
setiap media massa itu sendiri.
Selanjutnya seperti seorang pegawai atau
pekerja, setelah bekerja tentu saja ingin mendapatkan hasil yang setimpal
dengan apa yang telah diusahakan. Honor? benar. Honor yang diraihpun cukup
lumayan. Berkisar Rp. 50.000,- s/d Rp. 1.500.000,-. Dan lagi-lagi dia
menjelaskan bahwa tujuan utama menulis itu bukan semata honornya tapi kalau itu
dijadikan pemicu untuk berkarya boleh-boleh saja.
Pertemuan itu dihadiri oleh sepuluh
orang peserta Sekmen, dua orang instruktur dan beberapa pemateri. Alizar
Tanjung ditemani oleh dua orang rekannya yaitu Dodi Saputa dan Riyen. Mereka
memberikan pengalaman masing-masing tentang perjalanan mereka dalam memulai
karya mereka.
“Saya memilih mantagi sebagai karya
yang pertama kali saya kirimkan dan alhamdulillah karya saya langsung dimuat
tanpa harus menunggu lama”, kisah Dodi.
“Dalam mengirimkan karya ada
beberapa hal yang perlu kita tanamkan dalam diri masing-masing. Yang pertama
adalah kerja keras, sabar, dan untuk hasilnya kita serahkan pada yang diatas”,
tambah Dodi.
“Aku begitu penasaran kenapa
cerpenku tak pernah dimuat di media massa. Heh, kata teman-teman cerpenku cukup
bagus cuma perlu perbaikan dan perbaikan lagi”, Riyen menceritakan pengalaman
getirnya.
Pengalaman getir Riyen selanjutnya
langsung ditukas dengan prestasi-prestasinya dalam menulis artikel dan opini.
Dia selalu berhasil membuat redaktur media massa memuat artikel-artikelnya itu.
Begitulah suasana di sekmen flp hari
itu. Seperti biasa, materi akan dilanjutkan dengan diskusi. Semua peserta yang
ada di dalam ruangan mendapatkan ilmu dan kritikan atas karya yang telah
dibagikan. Dan memang untuk pertemuan saat itu, karya-karya peserta sekmen flp
sudah jauh lebih bagus dibandingkan pertemuan sebelumya. Adzan ashar menutup
diskusi pada kesempatan itu. Untung saja matahari tidak sembunyi lagi.
Menulis di Media Masa
Laporan Salmaini
Minggu, 13 Januari 2012 sekolah
menulis Forum Lingkar Pena Sumatera Barat (Sekmen FLP Sumbar) memasuki sekmen
ke-8. Pertemuan dibuka oleh Alizar Tanjung dan dimoderatori oleh Indah Permata
Sari. Materi yang dibahas pada pertemuan itu adalah Media Massa.
“Pada pertemuan kali ini yang akan
memberikan materi adalah saya. Sebenarnya saya sudah mengundang teman untuk
mendampingi saya. Tapi, teman saya itu berhalangan hadir. Jadi saya harus
menjelaskan media kepada teman-teman sendirian.” Itulah sederetan kalimat
pembuka sekmen yang disampaikan Alizar Tanjung.
Selesai membuka sekmen, Alizar
Tanjung mengeluarkan semua isi tas ransel hitamnya. Koran Kompas dan Padang
Ekspress, majalah Story dan Horison, kumpulan sajak, satu buah novel
terjemahan, dan satu bauh notebook
kecil warna hijau daun. Itu semua cukup membuat peserta sekmen mengulum tawa
melihat kegigihan dan kecintaan Alizar Tanjung pada dunia kepenulisan.
“Saya harap setiap karya yang
teman-teman tulis dapat teman-teman publikasikan. Contohnya laporan kegiatan
yang saya suruh kemarin. Laporan yang teman-teman tulis tersebut, saya masukkan
ke dalam blok sekmen FLP. Sehingga, itu dapat menjadi media promosi kegiatan
kita kepada masyarakat. Laporan yang teman-teman tulis kemarin cukup bagus.
Namun, kata abang dan kakak dalam laporan itu harus dihilangkan. Karena laporan
kita akan dibaca oleh pembaca dari berbagai kalangan dan umur yang berbeda.
Tidak mungkin seorang nenek-nenek membaca berita tersebut dan memanggil Alizar
Tanjung yang baru berumur dua puluh lima
tahun dengan sebutan abang.” Alizar tanjung mengomentari laporan-laporan yang
diupload peserta sekmen di facebook. “Hal yang tidak boleh hilang
dalam laporan adalah 5W+1H dan minimalisir penggunaan kataku dalam sebuah
laporan.” Alizar Tanjung menambahkan materi tentang tata cara pembuatan laporan
kegiatan yang benar.
“Media ada tiga. Pertama media online. Contohnya Annida. Annida
menerima kiriman cerpen, epik, laporan, dan cerbung. Cerpen yang dikirim
minimal 4 halaman dan maksimal tidak terbatas. Tapi jangan sampai sebuah cerpen
panjangnya 60 halaman. Laporan yang dikirim harus dilengkapi dengan foto. Cerbung
boleh sampai 40 halaman. Annida biasanya menerbitkan 3 cerpen setiap minggunya.”
Penjelasan Alizar Tanjung membuat mata peserta sekmen tidak berkedip karena
antusias menyimak materi yang disampaikannya.
“Media kedua adalah media cetak.
Media cetak berupa koran dan majalah.” Alizar tanjung menjelaskan setiap kolom
yang dapat memuat tulisan yang dikirim peserta sekmen. Ada kolom laporan, cerpen,
puisi, artikel, opini, berita, dan iklan. “Media ketiga adalah penerbit yaitu
media yang menerbitkan dan mempublikasikan setiap karya yang kita tulis.”
Selain menjelaskan macam-macam media,
Alizar Tanjung juga menjelaskan karakter media dan kecenderungan tulisan yang
diterbitkan oleh media tersebut serta cara pengiriman tulisan ke media.
Penjelasan panjang lebar dari Alizar Tanjung sedikit banyaknya membuat peserta sekmen
paham akan berbagai media.
“Ada pertanyaan?” itulah yang
diucapkan Alizar Tanjung setelah selesai menjelaskan materi tentang media.
Awalnya tak seorang pun peserta sekmen yang merespon pertanyaan Alizar Tanjung.
Tidak mau melihat Alizar Tanjung kecewa, Riri Diana mengangkat tangan.
“Misalnya tulisan kita belum ada yang terbit di media lokal, bolehkah kita
mengirim tulisan kita ke media nasional?”
“Boleh saja kita mengirim tulisan ke
media nasional walaupun tulisan kita belum ada yang terbit di media lokal
asalkan kita yakin karya kita itu bagus.” Itulah jawaban Alizar Tanjung dari pertanyaan
Riri.
“Bolehkah kita menegaskan ke media
jika tulisan kita tidak diterbitkan maka kita akan menarik kembali tulisan yang
kita kirim?” Indah Permata Sari pun tak mau kalah dengan Riri Diana.
“Boleh. Asalkan bahasa yang kita
gunakan tidak terkesan mengancam. Untuk penulis alangkah lebih baiknya tidak
membuat media tersinggung. Apalagi penulis pemula, hal itu tidak baik untuk
kedepannya.” Alizar Tanjung menjawab pertanyaan Indah Permata Sari dengan semangat
empat lima.
Pertanyaan dari Indah merupakan sesi
terakhir materi dengan Alizar Tanjung. Selanjutnya materi dilanjutkan oleh Dodi
Saputra yang merupakan Anggota FLP STKIP PGRI Padang.
“Menulis ibarat bertani. Harus
bersabar, gigih, dan lapang dada.” Itulah kata-kata pamungkas yang diungkapkan
Dodi Saputra. “Kita harus memahami karakter dan kecenderungan tulisan yang
deterbitkan oleh suatu media. Kita tidak boleh salah dalam mengirim tulisan. Misalnya,
tulisan yang bertemakan remaja kita kirim ke majalah Ummi, tentunya tulisan
kita tidak akan pernah terbit.” Penjelasan Dodi Saputra membuat peserta sekmen
mengangguk-angguk.
“Setelah tulisan kita dikirim
berdo’alah agar tulisan kita diterbitkan. Dalam menulis jangan saja mengejar
honor karena penulis profesional tidak hanya mengejar honor tapi mereka lebih
mengutamakan kualitas tulisan mereka sehingga tulisan mereka dapat terbit di
media lokal, nasional dan internasional.” Itulah kalimat penutup yang disampaikan
Dodi Saputra sebelum zuhur.
Setelah zuhur acara sekmen kembali dibuka
oleh Alizar Tanjung. Materi dilanjutkan oleh seorang guru TK yang tulisannya
telah terbit di berbagai media. Riyen, begitulah Alizar Tanjung memanggilnya.
Tulisan Riyen lebih cenderung ke artikel. “Dalam menulis jangan lepas dari
kevaliditasan ilmiah.” Riyen mengungkapkan kunci keberhasilan tulisannya
menembus media.
“Ketika pertama kali menulis dan
mengirim tulisan ke media, saya menemukan berbagai kesulitan. Salah satunya
adalah tulisan yang telah saya kirim selama enam bulan belum satu pun yang
diterbitkan media. Di saat saya hampir putus asa, jerih payah saya pun terobati.
Tulisan yang telah saya kirim tersebut, terbit setiap minggunya. Hal itu
membuat saya kembali bersemangat dalam menulis.” Penuturan Riyen membuat
peserta sekmen terkagum-kagum akan kegigihan Riyen dalam menekuni dunia
kepenulisan.
“Dalam menulis kita harus banyak membaca
dan mendengarkan informasi baik di media cetak maupun di media massa. Ketika
kita menulis, kita harus dapat membuat segala hal menjadi inspirasi. Selain
itu, sikap jujur dan personality of the
best juga harus kita perhatikan dalam menulis.” Riyen menjelaskan dengan
gayanya yang ceplas-ceplos.
“Apa puisi yang paling Riyen sukai
selama dunia kepenulisan?” Itulah pertanyaan yang diungkapkan Dini Widya Herlinda.
“Saya sangat menyukai puisi-puisi karya
Kahlil Gibran, Chairil Anwar dan Aswendo.” Riyen mengungkapkan nama-nama
pengarang favoritnya dengan wajah berseri-seri.
Tiga puluh menit waktu telah dihabiskan
Riyen berbagi pengalamannya tentang dunia kepenulisan. Selanjutnya acara
diambil alih oleh Alizar Tanjung. Sebelum memulai pembedahan karya, Alizar
Tanjung menantang peserta sekmen untuk mengirim tiga buah karya mereka ke tiga media
yang berbeda. Setelah itu acara pembedahan karya pun dimulai. Cerpen yang
berjudul TA (Tititp Absen) karya Salmaini cukup membuat peserta sekmen antusias
mengkritik tulisan amatiran itu. Selanjutnya pembedahan karya dilanjutkan pada
puisi Nelly. Puisi-puisi Nelly cukup baik sehingga tidak begitu banyak yang
mengkritik karyanya. Karena dibatasi waktu, karya-karya yang belum sempat
dibedah bersama dikritik secara keseluruhan oleh Alizar Tanjung.***
Targetan Selama Libur Sekmen FLP
![]() |
| Fotografer Hasneli Suryani |
Laporan Riri Diana
1. Ayo canangkan gerakan 1 hari 1 karya.
2. Kawan2 yang belum ngirim naskah ke media, ayo segera dikirim
deatline paling lambat hari rabu karena kamis media sudah mulai
merekap.
“sekarang adalah dunia kompetisi jika kau terlambat selangkah saja maka kau akan didahului orang lain.”
3. Auto biografi yang belum dibuat: kak media, desi, rival dan bang windi, di postkan aja di group.
4. Yang belum mengirim foto dan biodata untuk kartu FLP, segera dikirim secepatnya ke email : mustafaladia@gmail.com
5. Deadline tulisan untuk buku antologi tanggal 10 Februari, untuk administrasi silahkan hubungi kak riza:082391865668.
6. Karya untuk antologi dikirim ke email:alizartanjung@gmail.com .
Boleh mengirim beberapa karya karena akan diedit dan diseleksi oleh Bang
Ali.
7. Remember : H-8 lomba cerpen singgalang, deatline 30
januari, ayo kirimkan karya terbaik ke email: hut.singgalang44@gmail.com
.
“Harumkan nama FLP dengan karyamu”
“Tetap semangat jalin komunikasi selama libur di FLP “jangan biarkan alam menyeleksi dirimu sendiri.”
“Optimis : Peserta sekmen yang aktif 12 orang maka akan menjadi sastrawan sumbar semuanya.”
“Akhir dari tulisan adalah dibaca banyak orang , untuk apa menulis jika karya tidak pernah dipuplikasikan.”
Salam berkarya^-^
Menulis Tiketku Keliling Dunia
Minggu, 20 Januari 2013 dengan penuh semangat ku langkahkan kaki untuk
mengikuti sekolah menulis FLP SUMBAR. Hari ini memasuki pertemuaan ke-9
yang merupakan sekmen terakhir di tahun 2013. Seorang pemateri yang
luar biasa dihadirkan untuk membawa kami bermimpi keliling dunia.
Seorang novelis yang pernah melalang buana sampai ke negri suku
Aboringin ini menyempatkan hadir untuk sharing bersama kami. Beliau
adalah sastrawan Sumbar, Darman Moenir.
Acara diawali oleh
Alizar Tanjung seorang sastrawan muda dari Sumbar. Ditambah Sedikit
siraman dari Al-quran surat as-syuara. “Alqur’an mengandung Syair-syair
yang sangat indah dan tidak bisa ditiru oleh orang zaman sekarang,
apalah jadinya jika dahulu alquran itu tidak dituliskan pastilah kita
tidak akan dapat menikmati saat sekarang ini. Begitu juga karya, jika
tidak dituliskan maka tidak akan dinikmati oleh generasi selanjutnya.”
Begitu kata beliau.
Acara di serahkan sepenuhnya kepada Darman
Moenir yang dimoderatori oleh seorang puisitis, Neli. Wajah yang
bersinar dan senyuman yang iklas manghampiri kami satu-persatu ketika
berkenalan dengan beliau. “Orang besar itu bermula dari menulis. Tidak
semua orang bisa menulis. Seorang yang pintar bicara belum tentu pintar
menulis, tapi seorang yang pintar menulis pasti pintar dalam bicara.”
Satu kalimat pertama yang membuat mata kami terpaku olehnya.
Mewujudkan targetan sekmen FLP yang terakhir, maka hari ini Darman
Moenir membahas mengenai “ bagaimana menulis novel yang fenomental dan
tidak mengulang novel-novel sebelumnya.”
“Apa yang telah
ditulis Buya Hamka tidak perlu ditulis lagi, sekarang saatnya kita
menciptakan karya baru bukan meniru bentuk karya orang lain.”Tambah
beliau.
Seorang penulis novel bako ini menanamkan kepada kami
“kuasai mother language terlebih dahulu untuk bisa menjadi penulis. Jika
telah menguasai mother language maka jangan segan menyunting karya
orang lain yang salah berdasarkan mother language. Mother language
adalah kunci utama penulis.”Tambah beliau.
Riza yang hampir menyelesaikan sebuah novel perdananya menayakan “Bagaimanakah menulis novel yang bagus itu.”Tanya Riza.
“Novel yang bagus tidak terlepas dari konflik, konflik menghidupakan
novel yang mati. Ciptakan konflik dalam novel berdasarkan kehidupan
sehari-hari, bercerminlah kepada beberapa novel yang terdapat perjuangan
didalamnya seperti the old man in the sea, rumah mati diserebia, bumi
manusia dan lain-lain.” Jawab Darman Moenir.
Tak sabar dengan
segudang pertanyaan, Dini malah mengancungkan tangan lebih cepat dari
peserta lain, dengan jujur dini yang belum membaca novel bako
menanyakan. “ Apa yang menjadi konflik utama dari novel bako hingga
bako menjadi novel yang populer”. Tanya Dini.
“Bako adalah
novel Roman bercerita tentang konflik kepribadian yang dialami oleh
tokoh ibu yang menjalani kehidupan tidak sesuai dengan tatanan adat
dalam masyarakat Minangkabau. Roman bako inilah yang membawa saya
keliling dunia bahkan sampai ke Amerika.”
Kamipun dihanyutkan
dengan pengalaman inspiratif beliau melalui novel-novel yang telah
diciptakanya, “Berkelana didunia lewat tulisan seolah-olah hanya mimpi.
Lewat tulisan saya dikenal manusia dibelahan dunia Barat. Tulisan
mengantarkan saya ke Bali, Malaysia, Singapura, Filipina, Sri Lanka
bahkan sampai ke Amerika. Ini adalah pengalamnan hidup yang tak
terlupakan hingga kapanpun” Begitu kata beliau.
“Maka teruslah
menulis sampai tulisan-tulisanmu menjadi tiket perjalanan keliling
dunia.” Begitu banyak kata-kata motivasi dari beliau yang membuat mata
kami tak berkedip di depanya.
Diskusi berjalan seiring
detingan jam,waktu yang tak pernah berkompromi menunjukan jam 12.00
WIB. Setelaah istirahat acara diambil alih kembali oleh Alizar Tanjung.
Saatnya evaluasi tugas-tugas yang diberikan minggu lalu. Dimulai dengan
evaluasi para peserta yang telah mengirimkan karya ke 3 media yang
berbeda. Teryata banyak diantara kami yang telah mengirimkan
karya-karyanya dan terbit di media. Diantaranya laporan berita yang
ditulis Riri terbit di salah satu koran lokal minggu ini.
Acara
wisuda FLP Sumbar akan diadakan bulan Februari dan selajutnya diskusi
akan dilanjutnya diruang terbuka seperti taman budaya dan taman melati.
Melalui ruang terbuka akan mendapat inspirasi baru bagi penulis. Diskusi
akan dilanjutkan 2 minggu berikutnya dengan agenda bedah karya
masih-masing kami. Kami diberi tugas untuk berkarya sebanyak-banyaknya
dengan melakukan gerakan 1 hari satu karya.
Salam berkarya
Acara diawali oleh Alizar Tanjung seorang sastrawan muda dari Sumbar. Ditambah Sedikit siraman dari Al-quran surat as-syuara. “Alqur’an mengandung Syair-syair yang sangat indah dan tidak bisa ditiru oleh orang zaman sekarang, apalah jadinya jika dahulu alquran itu tidak dituliskan pastilah kita tidak akan dapat menikmati saat sekarang ini. Begitu juga karya, jika tidak dituliskan maka tidak akan dinikmati oleh generasi selanjutnya.” Begitu kata beliau.
Acara di serahkan sepenuhnya kepada Darman Moenir yang dimoderatori oleh seorang puisitis, Neli. Wajah yang bersinar dan senyuman yang iklas manghampiri kami satu-persatu ketika berkenalan dengan beliau. “Orang besar itu bermula dari menulis. Tidak semua orang bisa menulis. Seorang yang pintar bicara belum tentu pintar menulis, tapi seorang yang pintar menulis pasti pintar dalam bicara.” Satu kalimat pertama yang membuat mata kami terpaku olehnya.
Mewujudkan targetan sekmen FLP yang terakhir, maka hari ini Darman Moenir membahas mengenai “ bagaimana menulis novel yang fenomental dan tidak mengulang novel-novel sebelumnya.”
“Apa yang telah ditulis Buya Hamka tidak perlu ditulis lagi, sekarang saatnya kita menciptakan karya baru bukan meniru bentuk karya orang lain.”Tambah beliau.
Seorang penulis novel bako ini menanamkan kepada kami “kuasai mother language terlebih dahulu untuk bisa menjadi penulis. Jika telah menguasai mother language maka jangan segan menyunting karya orang lain yang salah berdasarkan mother language. Mother language adalah kunci utama penulis.”Tambah beliau.
Riza yang hampir menyelesaikan sebuah novel perdananya menayakan “Bagaimanakah menulis novel yang bagus itu.”Tanya Riza.
“Novel yang bagus tidak terlepas dari konflik, konflik menghidupakan novel yang mati. Ciptakan konflik dalam novel berdasarkan kehidupan sehari-hari, bercerminlah kepada beberapa novel yang terdapat perjuangan didalamnya seperti the old man in the sea, rumah mati diserebia, bumi manusia dan lain-lain.” Jawab Darman Moenir.
Tak sabar dengan segudang pertanyaan, Dini malah mengancungkan tangan lebih cepat dari peserta lain, dengan jujur dini yang belum membaca novel bako menanyakan. “ Apa yang menjadi konflik utama dari novel bako hingga bako menjadi novel yang populer”. Tanya Dini.
“Bako adalah novel Roman bercerita tentang konflik kepribadian yang dialami oleh tokoh ibu yang menjalani kehidupan tidak sesuai dengan tatanan adat dalam masyarakat Minangkabau. Roman bako inilah yang membawa saya keliling dunia bahkan sampai ke Amerika.”
Kamipun dihanyutkan dengan pengalaman inspiratif beliau melalui novel-novel yang telah diciptakanya, “Berkelana didunia lewat tulisan seolah-olah hanya mimpi. Lewat tulisan saya dikenal manusia dibelahan dunia Barat. Tulisan mengantarkan saya ke Bali, Malaysia, Singapura, Filipina, Sri Lanka bahkan sampai ke Amerika. Ini adalah pengalamnan hidup yang tak terlupakan hingga kapanpun” Begitu kata beliau.
“Maka teruslah menulis sampai tulisan-tulisanmu menjadi tiket perjalanan keliling dunia.” Begitu banyak kata-kata motivasi dari beliau yang membuat mata kami tak berkedip di depanya.
Diskusi berjalan seiring detingan jam,waktu yang tak pernah berkompromi menunjukan jam 12.00 WIB. Setelaah istirahat acara diambil alih kembali oleh Alizar Tanjung. Saatnya evaluasi tugas-tugas yang diberikan minggu lalu. Dimulai dengan evaluasi para peserta yang telah mengirimkan karya ke 3 media yang berbeda. Teryata banyak diantara kami yang telah mengirimkan karya-karyanya dan terbit di media. Diantaranya laporan berita yang ditulis Riri terbit di salah satu koran lokal minggu ini.
Acara wisuda FLP Sumbar akan diadakan bulan Februari dan selajutnya diskusi akan dilanjutnya diruang terbuka seperti taman budaya dan taman melati. Melalui ruang terbuka akan mendapat inspirasi baru bagi penulis. Diskusi akan dilanjutkan 2 minggu berikutnya dengan agenda bedah karya masih-masing kami. Kami diberi tugas untuk berkarya sebanyak-banyaknya dengan melakukan gerakan 1 hari satu karya.
Salam berkarya






